Jumat, 12 Juni 2020

Kudus the Semarak City

KUDUS THE SEMARAK CITY (part 1)

 

            Kali ini, saya pingin nyeritain pengalaman trip saya ke Kota Kudus, Jawa Tengah, kota yang berbagi nama dengan salah satu sunan penyebar agama islam di tanah Jawa. Trip ini saya rencanakan secara dadakan Bersama beberapa teman saya. Jadi awalnya, waktu itu hari senin kalo ga salah, teman saya, Rama, cerita di kelas kalo dia mau pulang kampung ke Kudus pas weekend nanti. Sebagai teman yang baik, teman-teman saya pun bilang “jangan lupa oleh-oleh ya, ma!” Cuma saya waktu itu kepikiran lain, daripada nitip oleh-oleh ke Rama, gimana kalo nyari oleh-oleh sendiri langsung di Kudus. Saya sendiri emang belum pernah jalan ke Kudus sebelumnya. Jadi pas dong wkwk. Saya pun bilang ke Rama kalo saya pingin ikut dia pulang kampung Kudus. Saya juga minta sekalian nebeng penginapan di rumahnya doi hehe, biar hemat bos. Setelah izin ke bokapnya, Rama pun mengabulkan permohonan saya untuk ikut pulang kampung ke Kudus. Saya juga mengajak teman-teman saya yang lain untuk ikut serta dalam acara trip dadakan ini. Pada akhirnya, ada dua orang teman saya yang mengiyakan ajakan saya, Yayan dan Aji. Rencana Rama sih dia pingin pulang ke Kudus naik motor hari Kamis sore setelah kelas, trus balik lagi ke Jogja hari Minggu sore, masih tetep pake motor. Yodah, kami berempat sepakat berangkat hari Kamis sore setelah kelas menggunakan dua motor, satu punya saya dan satu lagi punya Rama. Rama membonceng Aji, dan saya dibonceng Yayan.

            Kamis sore, setelah kelas terakhir selesai, saya bergegas kembali ke kos untuk mempersiapkan keberangkatan. Sebelumnya, kami juga sepakat untuk berkumpul lebih dulu di kos Yayan. Setelah mandi dan packing, saya cabut ke kos Yayan. Sesampainya di sana, Rama dan Aji masih belum datang, sementara Yayan malah tidur dan belum nyiapin apa-apa. Ga lama kemudian, Rama datang setelah menjemput Aji di kosnya. Akhirnya, setelah menunggu Yayan mandi, kami berangkat pukul 17.00, molor sejam lebih dari rencana awal. Dari Yogyakarta, kami memulai perjalanan dengan formasi motor Rama di depan dan motor saya membuntuti di belakang. Kami pun bergerak memasuki Provinsi Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Magelang. Di sini, motor saya dan motor Rama sudah tidak terlihat satu sama lain; entah siapa yang di depan dan siapa yang di belakang. Tidak lama kemudian, azan magrib berkumandang. Kemacetan parah menghiasi jalan raya yang kami lewati. Para pengemudi motor banyak yang memilih untuk memotong jalan melewati pedesaan agar terhindar dari kemacetan. Saya dan Yayan yang aslinya tidak tahu jalan pun mengikuti arus dan hanyut dalam lautan pengemudi motor yang rindu akan kenyamanan berkendara tanpa diganggu kemacetan. Jalan pedesaan kami lewati benar-benar sangat indah. Sawah yang hijau berpadu dengan temaram sore mentari yang berwarna kekuningan, dihias dengan sungai kecil yang mengalir di sisi kanan jalan serta perbukitan yang berdiri gagah di sisi kiri jalan. Andai saya seorang wanita, niscaya saya akan memeluk Yayang dari belakang untuk melengkapi keromantisan senja yang disuguhkan di depan mata ini. Setelah melewati jalan pedesaan yang terkesan indie tadi, saya dan Yayan kembali dipertemukan dengan jalan raya yang untungnya sekarang sudah tidak terlalu macet. Sampai sini, kami masih belum bertemu dengan Rama dan Aji. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan melewati Temanggung, Ambarawa, dan Ungaran, dengan kondisi jalan yang minim penerangan. Sepanjang perjalanan ini, karena hari yang memang sudah gelap, perjalanan kami jadi lebih banyak ditemani oleh kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk. Ketika melewati Ambarawa, kami bahkan hampir tertabrak truk yang bergerak dengan ugal-ugalan, untungnya kami berdua masih diberi keselamatan oleh Allah SWT.

Kami tiba di Kota Semarang sekitar pukul 20.30. Di sebuah persimpangan yang berbentuk seperti huruf Y, berbekal arahan dari google maps, saya mengarahkan Yayan untuk mengambil jalur kanan. Namun, saat hendak memasuki jalur tersebut, kami baru menyadari bahwa jalur tersebut satu arah dan kami seharusnya mengambil jalur yang kiri. Yayan pun mengarahkan motor ke sebuah gang kecil yang terletak di dekat jalur ke kanan tersebut. Kami memutuskan untuk beristirahat dulu dan memastikan keberadaan Rama dan Aji. Dihubungi via whatsapp, Aji memberitahu bahwa posisi mereka masih di belakang kami, sekitar 15 menit perjalanan. Padahal, Yayang bilang kalo malam itu dia mengemudi dengan lebih pelan daripada biasanya, tapi tetep aja doi yang lebih cepet wkwk. Akhirnya, saya dan Yayan memutuskan untuk menunggu mereka dan mencari makan malam. 15 menit kemudian, Rama dan Aji tiba di tempat kami dan ikut memesan makan malam. Setelah beristirahat selama satu jam dan bercerita ngalor ngidul, kami berempat melanjutkan perjalanan; melewati Pelabuhan Tanjung Emas dan memasuki Kabupaten Demak. Kali ini kami berempat bergerak secara beriringan seperti saat baru berangkat dari Yogyakarta tadi sore, motor Rama di depan dan motor saya di belakang.

Kunjungan kami ke Demak ternyata berbarengan dengan acara sholawatan yang diisi oleh Habib Syech yang diadakan di Alun-alun Demak. Kami pun berhenti sejenak untuk menikmati momen tersebut. Sebelumnya, kami sudah sepakat bahwa ketika sampai di Demak, kami akan singgah sejenak di Makam Sunan Kalijaga; membacakan tahlil dan melaksanakan sholat yang tertunda karena perjalanan. Lagi-lagi, saya dan Yayan tiba di Makam Sunan Kalijaga lebih dahulu daripada Rama dan Aji, padahal dari awal dah diniatin buat jalan pelan-pelan wkwk. Kami tiba di sana pukul 23.30. Makam Sunan Kalijaga selalu ramai dengan peziarah, tidak peduli siang atau malam. Di sekitar komplek makam, banyak pedagang yang menjajakan dagangannya seperti kaos, kopyah, tasbih, atau sekedar makanan ringan. Singkat cerita, setelah melaksanakan sholat dan membaca tahlil, kami berempat menghangatkan diri dengan memesan kopi dan wedang ronde yang dapat dijumpai dengan mudah di sekitar komplek makam. Pukul 01.00, kami melanjutkan perjalanan dengan formasi seperti biasanya. Karena jarak ke Kudus sudah dekat, kami memutuskan untuk berjalan beriringan, apapun yang terjadi. Akhirnya, pukul 01.30, kami sampai di Kudus dan langsung menuju ke kediaman Rama. Sesampainya di tempat Rama, kami langsung tepar dan tidur pulas.

 

(bersambung ke part 2)