KUDUS THE SEMARAK
CITY (part 1)
Kali
ini, saya pingin nyeritain pengalaman trip saya ke Kota Kudus, Jawa Tengah,
kota yang berbagi nama dengan salah satu sunan penyebar agama islam di tanah
Jawa. Trip ini saya rencanakan secara dadakan Bersama beberapa teman saya. Jadi
awalnya, waktu itu hari senin kalo ga salah, teman saya, Rama, cerita di kelas
kalo dia mau pulang kampung ke Kudus pas weekend nanti. Sebagai teman yang
baik, teman-teman saya pun bilang “jangan lupa oleh-oleh ya, ma!” Cuma saya
waktu itu kepikiran lain, daripada nitip oleh-oleh ke Rama, gimana kalo nyari
oleh-oleh sendiri langsung di Kudus. Saya sendiri emang belum pernah jalan ke
Kudus sebelumnya. Jadi pas dong wkwk. Saya pun bilang ke Rama kalo saya pingin
ikut dia pulang kampung Kudus. Saya juga minta sekalian nebeng penginapan di
rumahnya doi hehe, biar hemat bos. Setelah izin ke bokapnya, Rama pun
mengabulkan permohonan saya untuk ikut pulang kampung ke Kudus. Saya juga
mengajak teman-teman saya yang lain untuk ikut serta dalam acara trip dadakan
ini. Pada akhirnya, ada dua orang teman saya yang mengiyakan ajakan saya, Yayan
dan Aji. Rencana Rama sih dia pingin pulang ke Kudus naik motor hari Kamis sore
setelah kelas, trus balik lagi ke Jogja hari Minggu sore, masih tetep pake
motor. Yodah, kami berempat sepakat berangkat hari Kamis sore setelah kelas
menggunakan dua motor, satu punya saya dan satu lagi punya Rama. Rama
membonceng Aji, dan saya dibonceng Yayan.
Kamis
sore, setelah kelas terakhir selesai, saya bergegas kembali ke kos untuk
mempersiapkan keberangkatan. Sebelumnya, kami juga sepakat untuk berkumpul
lebih dulu di kos Yayan. Setelah mandi dan packing,
saya cabut ke kos Yayan. Sesampainya di sana, Rama dan Aji masih belum datang,
sementara Yayan malah tidur dan belum nyiapin apa-apa. Ga lama kemudian, Rama
datang setelah menjemput Aji di kosnya. Akhirnya, setelah menunggu Yayan mandi,
kami berangkat pukul 17.00, molor sejam lebih dari rencana awal. Dari
Yogyakarta, kami memulai perjalanan dengan formasi motor Rama di depan dan
motor saya membuntuti di belakang. Kami pun bergerak memasuki Provinsi Jawa
Tengah, tepatnya Kabupaten Magelang. Di sini, motor saya dan motor Rama sudah
tidak terlihat satu sama lain; entah siapa yang di depan dan siapa yang di belakang.
Tidak lama kemudian, azan magrib berkumandang. Kemacetan parah menghiasi jalan
raya yang kami lewati. Para pengemudi motor banyak yang memilih untuk memotong
jalan melewati pedesaan agar terhindar dari kemacetan. Saya dan Yayan yang
aslinya tidak tahu jalan pun mengikuti arus dan hanyut dalam lautan pengemudi
motor yang rindu akan kenyamanan berkendara tanpa diganggu kemacetan. Jalan
pedesaan kami lewati benar-benar sangat indah. Sawah yang hijau berpadu dengan
temaram sore mentari yang berwarna kekuningan, dihias dengan sungai kecil yang
mengalir di sisi kanan jalan serta perbukitan yang berdiri gagah di sisi kiri
jalan. Andai saya seorang wanita, niscaya saya akan memeluk Yayang dari
belakang untuk melengkapi keromantisan senja yang disuguhkan di depan mata ini.
Setelah melewati jalan pedesaan yang terkesan indie tadi, saya dan Yayan
kembali dipertemukan dengan jalan raya yang untungnya sekarang sudah tidak
terlalu macet. Sampai sini, kami masih belum bertemu dengan Rama dan Aji. Setelah
itu, kami melanjutkan perjalanan melewati Temanggung, Ambarawa, dan Ungaran,
dengan kondisi jalan yang minim penerangan. Sepanjang perjalanan ini, karena
hari yang memang sudah gelap, perjalanan kami jadi lebih banyak ditemani oleh
kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk. Ketika melewati Ambarawa, kami
bahkan hampir tertabrak truk yang bergerak dengan ugal-ugalan, untungnya kami
berdua masih diberi keselamatan oleh Allah SWT.
Kami tiba di
Kota Semarang sekitar pukul 20.30. Di sebuah persimpangan yang berbentuk
seperti huruf Y, berbekal arahan dari google
maps, saya mengarahkan Yayan untuk mengambil jalur kanan. Namun, saat
hendak memasuki jalur tersebut, kami baru menyadari bahwa jalur tersebut satu
arah dan kami seharusnya mengambil jalur yang kiri. Yayan pun mengarahkan motor
ke sebuah gang kecil yang terletak di dekat jalur ke kanan tersebut. Kami
memutuskan untuk beristirahat dulu dan memastikan keberadaan Rama dan Aji. Dihubungi
via whatsapp, Aji memberitahu bahwa
posisi mereka masih di belakang kami, sekitar 15 menit perjalanan. Padahal,
Yayang bilang kalo malam itu dia mengemudi dengan lebih pelan daripada
biasanya, tapi tetep aja doi yang lebih cepet wkwk. Akhirnya, saya dan Yayan
memutuskan untuk menunggu mereka dan mencari makan malam. 15 menit kemudian,
Rama dan Aji tiba di tempat kami dan ikut memesan makan malam. Setelah
beristirahat selama satu jam dan bercerita ngalor
ngidul, kami berempat melanjutkan perjalanan; melewati Pelabuhan Tanjung
Emas dan memasuki Kabupaten Demak. Kali ini kami berempat bergerak secara
beriringan seperti saat baru berangkat dari Yogyakarta tadi sore, motor Rama di
depan dan motor saya di belakang.
Kunjungan
kami ke Demak ternyata berbarengan dengan acara sholawatan yang diisi oleh
Habib Syech yang diadakan di Alun-alun Demak. Kami pun berhenti sejenak untuk menikmati
momen tersebut. Sebelumnya, kami sudah sepakat bahwa ketika sampai di Demak,
kami akan singgah sejenak di Makam Sunan Kalijaga; membacakan tahlil dan melaksanakan sholat yang
tertunda karena perjalanan. Lagi-lagi, saya dan Yayan tiba di Makam Sunan
Kalijaga lebih dahulu daripada Rama dan Aji, padahal dari awal dah diniatin
buat jalan pelan-pelan wkwk. Kami tiba di sana pukul 23.30. Makam Sunan
Kalijaga selalu ramai dengan peziarah, tidak peduli siang atau malam. Di
sekitar komplek makam, banyak pedagang yang menjajakan dagangannya seperti
kaos, kopyah, tasbih, atau sekedar makanan ringan. Singkat cerita, setelah
melaksanakan sholat dan membaca tahlil,
kami berempat menghangatkan diri dengan memesan kopi dan wedang ronde yang dapat
dijumpai dengan mudah di sekitar komplek makam. Pukul 01.00, kami melanjutkan
perjalanan dengan formasi seperti biasanya. Karena jarak ke Kudus sudah dekat,
kami memutuskan untuk berjalan beriringan, apapun yang terjadi. Akhirnya, pukul
01.30, kami sampai di Kudus dan langsung menuju ke kediaman Rama. Sesampainya
di tempat Rama, kami langsung tepar dan tidur pulas.
(bersambung
ke part 2)